Saturday 10 December 2016

Penyakit yang sering menyerang Udang Penaeus

Penyakit Udang Penaeus
Penyakit-penyakit yang sering menyerang udang dan tidak bergantung dengan kondisi air, dimasukkan dalam 4 jenis agen penyakit. Agen-agen ini dapat menyebabkan bermacam-macam akibat, yaitu secara kronis mengakibatkan gangguan pertumbuhan dan menurunkan kualitas udang sedangkan yang bersifat akut dapat menyebabkan kematian. Penyakit-penyakit tersebut asal virus, bakteri, parasit dan jamur.
a.     Penyakit yang disebabkan Virus
Virus merupakan mikroorganisme yang berkuran sangat kecil, lebih kecil dari inti sel udang itu sendiri. Virus ini hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop elektron dan biasanya berada di dalam sel [intra cellular]. Ada 4 jenis virus yang telah diketahui menyerng udang penaeus, yaitu “Monodon Baculo Virus” [MBV], “Infectious Hypodermal Haematopeietic Necrosis Virus” [IHHNV], “Hepatopancreatic Parvo like Virus” [HPV], dan Cytoplasmic Reo-like Virus” [CRV]. Terdapat sejenis mikrooganisme lain yang tidak tergolong di dalam kelompok virus, walaupun mikroorganisme ini tempatnya di dalam sel [intra cellular, yaitu penyakit “Ricketsia”. Kebanyakan penyakit asal virus tersebut menyerang udang-udang muda.
1.     Monodon Baulo Virus [MBV]
Virus ini pertama ditemukan pada kolam pembenihan udang windu dan kemudian sering dijumpai menyerang udang-udng pada masa pembenihan; serangan Penyakit ini sering muncul pada waktu pemindahan post larva ke kolam perkembangan, mungkin disebabkan oleh kondisi yang menurun karena stres. Menurut beberapa orang peneliti, penyakit ini tidak begitu banyak berpengaruh terhadap kehidupan udang, sehingga keberadaannya tidak perlu dikhawatirkan oleh para peternak udang.
2.     Infectious Hypodermal Haematopoietic Necrosis Virus [IHHNV]
Virus ini dilaporkan oleh Lightner [1983] seringkali menyerang udang Penaeus stylirostris, P. vannamei, dan P. monodon, dalam kolam perbenihan di Hawai. Penyakit ini bersifat sangat akut dan mematikan, angka kematian dapat lebih dari 50% pada P. vannamei.
Udang yang terserang menunjukkan gejala berenang tidak normal, yaitu sangat perlahan-lahan, muncul di permukaan dan mengambang dengan perut di atas. kemudian bila alat geraknya [pleopod dan periopod] berhenti bergerak, udang akan tenggelam di bawah kolam. Sejak mulainya timbul gejala tersebut udang akan mati dalam waktu 4 sampai 12 jam. Pada kondisi yang akut, kulitnya akan terlihat keputih-putihan dan tubuhnya berwarna putih keruh. Banyak udang penderita mati pada saat terjadi moulting. Permukaan tubuhnya akan ditumbuhi oleh diatom, bakteri atau parasit jamur. Secara histologis, bentuk akut maupun sbakut dari penyakit virus ini akan ditemukan banyak “eosinophilic inclusion bodies” [benda negri warna kemerah-merahan dalam inti sel]. Pada kulit luar terlihat nekrosis pada kutikula, syaraf, antenna, dan pada mukosa usus depan dan tengah. Pencegahaan penyakit ini belum diketahui secara pasti, yang penting adalah perbaikan kualitas air.

3.     Hepatopancreatic Parvo-like Virus [HPV]
Virus ini pernah dilaporkan menyerang periode post larva udang P. orientalis dari cina, P. merguiensis dari Singapura, P. esculentus dari australia dan mungkin juga P. monodon. Gejala dari penyakit yang disebabkan oleh infeksi dari virus ini belum banyak diketahui secara pasti. Virus ini terutama menyerang organ hepatopankreas, sehingga dalam pemeriksaan hepatopankreasnya dilihat dengan mikroskop memperlihatkan degenerasi dan adanya inklusion bodies dalam sel-sel organ tersebut. Virus juga pernah dilaporkan menyerang udang air  tawar  [Macrobrachium rosenbergi].
4.     Cytoplasmic Reo-like viraus [CRV]
Penyakit asal virus ini dapat menyebabkan angka kematian yang tinggi pada udang-udang muda jenis P. monodon dalam masa pertumbuhan. Penyakit ini pernah dilaporkan menyerang udang-udang di Malaysia oleh Nash et al [1988]. dalam masa terjadinya ledakan penyakit [out break, kematian udang dimulai pada hari ke 7-9 setelah penebaran benih [stocking] di kolam pada post larva yang berumur 18 hari. Gejala klinis yang terlihat adalah udang berkumpul di tepi kolam dan berenang di permukaan air. Pada keadaan tersebut kematian udang dapat mencapai 5%-10%. Pada pemeriksaan histologi, jelas terlihat adanya vakuolisasi sel-sel hepatopankreas, yang berisi penuh dengan pigment. Sitoplasmanya mengalami degenerasi, juga adanya nekrosa lokal pada epithel heptopankreas. Di bawah mikroskop elektron terlihat adanya sekelompok virus dalam sitoplasma. Pengobatan dan penanggulangannya belum diketahui.
5.     Ricketsiae
Mikro organisme berukuran di antara virus dan bakteri, merupakan kelompok mikroorganisme tersendiri. Seperti halnya pada virus, mikroorganisme ini letaknya di dalam sel, menurut dua orang peneliti Amerika [Lightner [1985] dan Brock [1986], mikroorganisme ini patogen terhadap Udang Penaeus sp.
Gejala yang terlihat adalah ditemukannya banyak udang yang berenang di pinggir kolam dalam keadaan lemah. Udang berwarna lebih gelap daripada biasanya, tak ada nafsu makan, pada beberapa udang terlihat adanya benjolan-benjolan kecil keputih-putihan paada dinding usus bagian tengah. Diagnosa pasti dilakukan berdasarkan ditemukannya koloni ricketsia, adanya peradangan dan pembengkakan jaringan ikat.
Beberapa orang peneliti melaporkan bahwa kematian udang akibat serangan penyakit ini biasa mulai terjadi pada minggu ke-7 atau 9 setelah penebaran benih [post larva hari ke 15 - 25]. angka kematian naik pada hari ke-5 sampai ke-7 sejak mulai terjadi kematian, yang kemudin menurun seminggu kemudian sampai tak ada kematian. Setelah tiga hari kemudian kematian timbul lagi dan begitu seterusnya sampai udang dipanen, angka kematian secara keseluruhan dapat mencapai 90%-95%.
Pengobatan dengan cara pemberian khemoterapi tidak begitu berhasil. beberapa peneliti melakukan pengobatan dengan pengobatan antibiotik [oktitetracyklin, sulfasoxasol dan nitrofurazon] dicampur makanan dapat mengurangi angka kematian, tetapi bila konsentrasi antibiotik turun, kematian akan timbul lagi.

b.     Penyakit yang disebabkan Bakteri
Kuman dari jenis bakteri yang menyerang udang banyak dilaporkan, termasuk genus Vibrio, aeromonas dan Pseudomonas. Beberapa bakteri nonpatogen dapat menjadi patogen dalam kondisi air yang buruk. Anderson [1988] mengelompokkan penyakit yang disebabkan oleh bakteri berdasarkan pengaruh patogenitasnya, yaitu dapat menyebabkan nekrosis dan setikemia.
1.     Bakteri Nekrosis
Penyakit ini ditandai dengan ditemukannya nekrosis di beberapa tempat [multifokal], yaitu pada antenna, uropod, pleopod dan beberapa alat tambahan lainnya. Kuman penyebab penyakit ini sering ditemukan, termasuk dalam genus Vibrio. tetapi infeksi dari bakteri ini merupakan infeksi ikutan [infeksi sekunder] yang  disebabkan oleh penyebab lain. Pertama-tama infeksi  ini disebabkan oleh luka, erosi bahan kimia atau yang lainnya, kemudian tempat luka tersebut ditumbuhi oleh bakteri sehingga menyebabkan nekrosis jaringan. Pada kolam pembenihan kejadian infeksi bakteri nekrosis akan naik bila kulaitas air menurun dan air mengandung bakteri dalam jumlah banyak. Udang penderita akan terlihat kecoklat-coklatan pada ujung-ujung alat tambahannya [antena, pleopod dan lain-lain], ddisertai dengan usus yang kosong karena tak ada nafsu makan. apabila kwalitas makanan dan air diperbaiki, angka kematian akan cepat menurun.
Pengobatan yang dilakukan adalah dengan pemberian antibiotik dalam kolam pembenihan seperti furanace 1 mg/l, oksitetrasiklin 60 - 250 mg/l dan erytromycin 1 mg/l. Pengeringan, pembersihan dan desinfeksi di dalam kolam pembenihan, serta kebersihan alat-alat yang digunakan sangat dianjurkan untuk mencegah penyakit bakterial nekrosis ini.
2.     Bakteri Septikemia
Bakteri ini biasanya menyerang udang pada larva dan post larva. Seperti halnya bakteri nekrosis, bakteri ini timbul juga sebagai infeksi sekunder, sebagai akibat dari penyebab lain, misalnya defisiensi vitamin C, toxin, luka dan karena stress yang berat [Lightner, 1983]. Agen penyebab dari bakteri septikemia ini adalah: Vibrio alginolictus, V. parahaemolyticus, Aeromonas sp dan Pseudomonas sp. bakteri-bakteri tersebut pernah diisolasi oleh Lightner dan Lewis [1975] sebagai bakteri penyebab septikemia pada udang penaeus. Vibrosis dapat didiagnosis dengan menemukan sel-sel bakteri yang aktif dalam haemolymph [sistem darah udang] pada udang yang menderita. Pewarnaan gram dalam preparat histologi akan terlihat.
Pengobatan dapat dilakukan seperti pada pengobatan bakteri nekrosis. Pemeliharan kualitas air dan sanitasi yang baik dapat mencegah timbulnya penyakit.

c.     Penyakit yang disebabkan organisma Parasit
Seperti halnya pada hewan lain [baik ikan atau hewan darat], beberapa jenis parasit yang menyerang udang. Parasit tersebut tidak menimbulkan angka kematian yang tinggi, tetapi dalam segi ekonomis serangan parasit itu dapat merugikan. Kerugian ini dapat berupa penurunan berat badan, penurunan kualitas, kepekaan terhadap infeksi virus atau bakteri dan beberapa parasit dapat mengakibatkan kemandulan [Bopyrid]. Secara garis besar infeksi parasit dikelompokkan dalam 2 jenis parasit, yaitu parasit cacing dan parasit isopod. Sementara itu terdapat 3 kelas cacing parasit yang seringkali menyerang udang, yaitu Cestoda, Trematoda dan Nematoda.
1.     Parasit Cacing
Beberapa jenis cacing parasit pada udang yang dibudidayakan pernah dilaporkan oleh Kruse [1959],yaitu Polypocephalus sp. dan Para christianella monomegacantha [cestoda] padaP. merguiensis. Opecoeloides sppada P. stiferus, P. aztecus dan P. durorum, sedangkan Contracaecum sp. Cacing nematoda pada udang penaeus seperti telah disebutkan di atas. cacing-cacing tersebut biasanya berparasit pada jaringan udang, tetapi tidak menimbulkan banyak kematian. Walaupun begitu infeksi parasit ini dapat menimbulkan gangguan ekonomi yang cukup serius. Beberapa penyakit cacing tersebut akan diulas sedikit disini.
1)     Cacing Cestoda
Telah dilaporkan oleh Owens [1981 dan 1985] ada dua spesies cacing cestoda yang berparasit pada udang  P. merguiensis di Australia yaitu Polypocheppalus sp. dan Parachristianella monomegacantha. Jenis yang keduaa ini kebanyakan menyerang udang sejak periode post larva sampai udang dewasa.
Polypocephalus sp adalah cacing dalam kela cestoda, Bangsa Leconicephalidea, famili Leconicephalidae dan genus Polypochepalus. bentuk cyste dari cacing ini terdapat dalam jaaringan ikat di sepanjang syaraf bagian ventral. Sampai sekarang sejauh mana kerugian yang ditimbulkan akibat infeksi cacing ini belum diketahui secara pasti.
Parachristianella monomegacantha merupakan cacing cestoda yang biasanya berparasit dalam jaringan inter-tubuler hepatopankreas pada udang P. merguiensis. seperti halnya pada Polypocephalus, cacing ini belum diketahui patogenitasnya secara pasti. Tetapi melihat tempat berparasitnya di dalam jaringan hepatopankreas yang merupakan organ penting dari udang, maka cacing ini kemungkinan menghambat proses fisiologis dan metabolisme makanan dalam tubuh udang.
2)     Cacing Trematoda
Cacing trematoda yang pernah dilaporkan berparasit pada udang Penaeus adalah Opecoeloides sp. cacing ini ditemukan pada dinding proventriculus dan usus dari P. setiferus, P. Aztecus dan P. durorum di Mexico. Larva cacing ini ditemukan bermigrasi di jaringan ikat kepala dada dan di sekitar usus. seperti halnya pada cacing cestoda, cacing ini belum diketahui akibat infestasinya.
3)     Cacing Nematoda
Belum banyak dilaporkan mengenai cacing nematoda yang berparasit pada udang. Kruse [1956] melaporkan cacing nematoda jenis Contracaecum sp., merupakan salah satu jenis cacing nematoda yang menyerang hepatopankreas udang yang hidup secara alamiah. cacing ini ditemukan dalam hepatopankreas udang pada periode kedewasaan, yaitu setelah udang mulai bermigrasi menuju laut lepas.
2.     Parasit Isopoda
Parasit yang termasuk bopyrid isopoda yang menyerang Udang Penaeus dapat menghambat perkembangan alat reproduksi dari udang penderita. Parasit Bopyrid isopoda ini menempel di daerah branchial insang [persambungan antara insang dengan tubuh udang]. sehingga menghambat perkembangan gonad [sel telur] pada udang. menurut beberapa peneliti, parasit ini menghambat perkembangan alat kelamin baik udang jantan maupun betina, sehingga terjadi kemandulan. Owens dan Glazebrooks [1985] melaporkan bahwa jenis bopyrid isopoda yang berparasit pada udang P. merguiensis dan P. indicus di semenanjung Carpentaria di Australia adalah: Epipenaeon ingens dan Parapenaeon expansus, dan mereka melaporkan bahwa parasit ini sangat merugikan budidaya Udang Penaeus, terutama udang untuk pembenihan.

d.     Penyakit yang disebabkan oleh Serangan Jamur
Penyakit yang berasal dari Jamur sistemik pada udang periode larva maupun post larva dapat merupakan penyebab angka kematian yang serius pada udang P. monodon. Larva udang yang terserang oleh penyakit jamur ini [mycosis] dapat mati dalam waktu 24 jam. jamur Phycomycetes yang termasuk dalam genera Lagenedium dan Sirolpidium telah dilaporkan menyerang larva udang P. monodon.
Spora jamur ini kecil sekali yaitu berukuran antara 9,1 - 12,5 um, dan apabila berenang di dalam kolam sangat sulit diketahui, sehingga pencegahan sulit dilakukan. Diduga penyebaran spora ini terjadi pada waktu pemberian pakan dan sekali terjadi infeksi, larva udang akan cepat menderita karena larva udang tidak memiliki daya tahan terhadap infeksi hype dari jamur yang tumbuh dengan cepat. Bila terjadi nekrosis pada jaringan udang, maka akan memudahkan timbulnya infeksi sekunder oleh bakteri.
Pengobatan secara kimia [Chemotherapi] tidak efektif. Pemberian malachite green [0,006 - 0,1 mg/l] atau trifuralin [0,01 ppm] 3-6 kali sehari akan mencegah penyebaran jamur ke larva yang sehat. Pencegahan utama ialah dengan jalan filtrasi air laut yang bersih atau air laut yang diberi malachite green atau trifulralin, karena dapat menghilangkan zoospora dari jamur [Lightner et alm, 1984].

No comments:

Post a Comment