Saturday 10 December 2016

PELUANG USAHA BUDIDAYA KEPITING BAKAU DAN PERMASALAHANNYA

PELUANG USAHA BUDIDAYA KEPITING BAKAU
DAN PERMASALAHANNYA

A.     PELUANG USAHA
Pembudidayaan kepiting bakau relatif lebih mudah jika dibandingkan dengan teknik budidaya udang atau bandeng. Bahkan, teknik budidayanyapun sederhana, sehingga dapat dilaksanakan dengan skala tradisional maupun profesional.
Kemudian, untuk membudidayakan kepiting bakau tidak memerlukan lahan yang luas. Tinggal saja kita memilih teknik pembudidayaan yang sesuai dengan kemampuan kita. Jika kita tidak  mempunyai lahan tambak, kita dapat membudidayakan kepiting bakau dengan keramba apung.
Begitu mudahnya membudidayakan kepiting bakau,  lahan yang diperlukannya pun memanfaatkan alam yang relatif tidak memerlukan biaya sewa atau membeli. Misalnya: saluran tambak, sungai, atau lahan penyangga dekat tambak sepanjang sungai yang terkena pengaruh pasang surut. Dengan demikian, budidaya kepiting bakau ini diharapkan dapat diterapkan oleh kelompok tani yang kekurangan modal.
Berdasarkan data statistik tahun 1988, produksi kepiting bakau baik dari hasil tangkapan di alam maupun hasil budidaya berjumlah 1.157 ton dan diperkirakan dua kali jumlah produksi tahun 1981. Volume ekspor menunjukkan kecenderungan yang sama, yaitu mencapai 1.494 ton pada tahun 1988 dan bila dibandingkan ekspor tahun 1981 hanya sekitar 1.994 ton.
Diperkirakan, perkembangan usaha perdagangan kepiting bakau di masa yang akan datang diharapkan terus meningkat. Hal ini sesuai  dengan berbagai alasan sebagai berikut. 
1.     Adanya peluang pasar ekspor yang terbuka luas; sedikitnya ada 11 negara konsumen yang menerima ekspor kepiting dari Indonesia  (Statistik Indonesia, 1988).
2.     Adanya  potensi lahan yang merupakan habitat atau tempat hidupnya kepiting yang cukup layak serta potensi lahan budidaya yang identik dengan  luasan lahan tambak tradisional dan ketersediaan lahan mangrove sebagai habitat hidupnya  kepiting bakau.
3.     Pengetahuan kita yang semakin bertambah di bidang budidaya kepiting bakau baik dari pengalaman lapang maupun hasil penelitian yang telah dan  sedang dilakukan
4.     Keberhasilan  pembenihan kepiting walaupun tingkat mortalitas masih tinggi tetapi teknologi sudah mulai dikuasai.

Oleh karena itu, perencanaan dan pengembangan budidaya kepiting bakau   sebagai subsektor  perikanan, perlu diperhitungkan  secara rinci. Hal ini dilakukan dengan memperhatikan keseimbangan dan kelayakan lingkungan budidaya  serta daya dukungnya, sehingga diharapkan pembangunan perikanan komoditas kepiting bisa berlanjut tanpa merusak lingkungan.



B.     PERMASALAHAN YANG SERING DIHADAPI
Akar permasalahan dari budidaya kepiting bakau ini adalah penanganan yang masih tradisional, sehingga hal ini berdampak pada semua aspek, baik transportasi, pemasaran, pembudidayaan, pengadaan benih, kelestarian sumberdaya kepiting, dan tenaga kerja, serta teknologi.

1.     Transportasi
Karena budidaya kepiting bakau, masih belum menjadi tujuan utama, biasanya pelaksananya adalah orang per orang. Dengan demikian, lahan apapun dimanfaatkan. Akhirnya, mereka kurang memperhatikan sarana transportasi. Hal ini berdampak pada aspek pemasaran dan lainnya.

2.      Pemasaran
Sebenarnya, permasalah pemasaran ini bukan karena tidak adanya peminat kepiting bakau. Permasalahannya hanyalah karena para petani kurang mendapatkan informasi pasar. Kepiting bakau yang sebenarnya memiliki harga jual yang tinggi karena tidak memperoleh informasi pasar, akhirnya dijual dengan harga rendah. Ini mengakibatkan kurangnya semangat para petani untuk membudidayakan kepiting bakau.

3.     Pembudidayaan
Pembudidayaan kepiting bakau belumlah semarak budidaya udang atau bandeng. Oleh karenanya, budidaya kepiting bakau masih ditangani secara tradisional dan belum banyak tersentuh oleh para investor.
Sebenarnya, penangkap kepiting bakau telah ada sejak lama. Namun, pembudidayaan kepiting bakau baru ada beberapa tahun belakangan ini. Itu karena adanya permintaan pasar ekspor. Dengan demikian, penanganannya masih belum dilaksanakan secara profesional. Perhatikan tabel berikut!

Tabel jumlah penangkap, petani budidaya,                               dan pengumpul kepiting 1991.

    Lokasi       Penangkap        Budidaya    Pengumpul

1.    Segara anakan    403    2    19
    (Cilacap)
2.    Bone    298    100    25
3.    Langkat    14    5    ND
4.    Lampung    127    1    10
5.    Tanggerang    ND    2    ND
6.    Kamal    -    -    1

ND = tidak ada data.   

4.     Pengadaan Benih
Walaupun Indonesia kaya akan hutan mangrove yang merupakan habitat kepiting bakau, pengadaan benih untuk budidaya masih menghadapi kendala. Hal ini sangat disadari bahwa memang kita masih belum dapat mengembangbiakan kepiting bakau tersebut, sehingga kita masih mengandalkan perolehan benih dari alam.
Kendalanya adalah untuk membudidayakan kepiting bakau diperlukan benih yang cukup banyak dan mengharapkan ukuran tertentu. Sementara, hasil yang didapat dari para penangkap adalah benih kepiting bakau denganukuran yang bervariasi, sehingga perlu adanya seleksi. Selain itu, penebaran benih yang dilakukan pembudidaya haruslah secara serentak, tetapi benih yang didapat tidak memenuhi.

5.     Kelestarian Sumberdaya Kepiting
Kelestarian sumbedaya kepiting bakau terancam karena banyaknya alat sero yang beroperasi diperairan pantai. Baik disadari atau tidak, ini akan menyebabkan banyaknya kepiting bertelur yang bermigrasi ke laut untuk menetaskan telurnya karena takut tertangkap oleh alat tersebut. Penurunan populasi kepiting di alam, di samping oleh tingkat penangkapan yan gintensip juga di beberapa daerah diduga akibat penggunaan pestisida atau bahan cemaran lainnya.

6.     Tenaga Kerja
Budidaya kepiting bakau yang yang belum dilaksanakan secara profesional menyebabkan tenaga kerja yang ada masih belum memiliki keahlian. Mereka hanya mengandalkan pengalaman yang selama ini mereka lakukan. Peningkatan kemampuan tenaga kerja baru mulai setelah adanya pasar ekspor kepiting bakau. Hal ini karena kepiting bakau hasil budidaya haruslah memenuhi standar mutu.

7.     Teknologi
Kendala utama untuk pengembangan budidaya kepting adalah belum ditemukannya paket teknologi pembenihan yang secara komersial bisa menyediakan benih secara tepat waktu, mutu, jumlah, dan ukuran.

No comments:

Post a Comment