Friday 9 December 2016

Penangkapan Bandeng dengan Cara Moderen


Mengingat semakin hari populasi bandeng di alam bebas semakin menurun dan sulit, maka dilakukan beberapa usaha membudidayakan induk jantan dan betina sebagai induk nener. Artinya banyak masyarakat yang mengusahakan industri nener dengan cara ditambakkan.
Pertimbangan untuk membuat industri nener juga disebabkan oleh banyaknya nener yang mati setelah diadaptasikan pada tambak air tawar atau payau. Nener tersebut diperoleh dengan cara tradisional. Dari pertimbangan seperti ini dan banyaknya kerugian yang diderita oleh petambak, akhirnya pengusaha-pengusaha perikanan mulai membuat cara moderen.
Induk yang dipelihara sebagai bibit untuk industri ini bisa mencapai 15 sampai 30 kg per ekor. Pada mulanya bandeng yang dijadikan indukan tidak lebih dari bandeng-bandeng konsumsi. Namun dengan adanya penanganan intensif yang mengarah pada kemudahan pendapatan nener, akhirnya ukuran tubuh menjadi lebih besar.
Sepasang bandeng yang dijadikan induk dikawinkan dalam satu kolam yang berukuran luas. Kemudian sang betina dipindahkan pada kolam lain yang ukurannya lebih sempit sampai tiba waktunya pemijahan Nener yang dihasilkan dari tempat inilah yang banyak dibudidayakan orang dalam tambak.
Seiring dengan perkembangan jaman , maka pihak Departemen Perikanan mengusahakan pemijahan dengan cara mengambil sel telur dan sel sperma. Cara ini ditempuh guna memperbanyak nener dari hasil sepasang bandeng. Setelah itu sel-sel tersebut dimasukkan dalam wadahyang telah disucihamakaan. Pengadukan dilakukan agar kedua sel itu bercampur jadi satu. Barulah dibiarkan sampai terjadi peubahan wujud dari cairan butiran telur seperti kristal hingga akhirnya tampak nener yang sangat kecil.
Adapun bandeng yang dijadikan bibit sebaiknya memiliki persyaratan sebagai berikut:
a.    Induk jantan harus sehat, kulitnya tertata rapi dan tidak ada yang terkoyak, berwarna putih dengan punggung agak kehijau-hijauan. memiliki mata cerah dan agak kecil, bentuk badan panjang dan gerakannyaa lincah.
b.    Induk betina yang dijadikan bibit indukan haarus memiliki tubuh lebih besar dari pejantan. Matanya agak kecil, tampak sehat dan gerakannya tidak selincah gerakan pejantan. Sisiknya tersusun rapi, tidak ada yang terkoyak, bagian perut tampak besar.
Untuk mengetahui jenis kelaminnya, kita dapat melihatnya dengan cara  membalikkan tubuhnya. Di atas anus terdapat lubang kecil . Apabila ditekan sedikit dan pelan-pelan, maka tampak tonjolan dari dalam lubang tersebut.
Indukan seperti ini diduga memiliki banyak nener, kesehatannya terjamin sehingga berpengaruh bagi nener-nener yaang dihasilkannya.
Untuk mengetahui jenis kelamin betina, maka kita dapat melihat lubang atau celah kecil memanjang di antara sirip perut dan sirip anus. Apabila ditekan perlahan dari arah perut ke lubang tersebut maka akan keluar cairan kekuning-kuningan. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar perbedaan pejantan dan betina berikut ini.

















     Gbr Pejantan                            Gbr Betina

Pembuahan dapat terjadi setelah temperatur dalam keadaan stabil. Biasanya dilakukan menjelang musim penghujan atau awal musim kemarau. Pelaksanaan pembuahan dilakukan pada air yang tenang.
Tanda-tanda musim kawin dapat dilihat dengan mengamati tingkah laku pejantan yang selalu mengiringi betina. Ketika mendapatkan dasar air yang agak dalam dan landai, maka keduanya segera melakukan pembuahan. Caranya ialah pejantan selalu dekat dengan betina. Perkawinannya dilakukan di luar tubuh.
Pada saat pembuahan, diusahakan agar bendeng tidak terkejut dengan tindakan-tindakan seperti menaikkan suhu air, Jika terkejut dikhawatirkan stress. Induk yang stress tidak mau lagi melakukan pembuahan selama dua atau tiga bulan. Selain itu sel telur dan sel sperma yang sudah terlanjur berada di luar tubuh tidak dapat bersatu karena adanya gerakan air yang terpengaruh oleh gerakan sirip.
Untuk itu perlu dibuatkan kolam berukuran 5 meter kali 5 meter dengan kedalaman 4 meter. Kolam yang demikian sangat memungkinkan keduanya melangsungkan pembuahan dengan aman dan tenang.

No comments:

Post a Comment