Friday 9 December 2016

Mengenal Macam-Macam alat Tangkap Ikan dan Cara Mengoperasikannya

Macam-Macam alat Tangkap dan Cara Mengoperasikannya
Ada beberapa macam alat tangkap yaang sering digunakan untuk penangkapan ikan kerapu walaupun masih tradisional. beberapa alat tangkap itu antara lain pancing, jaring insang, jaring kantong, bubu, sero, jaring angkat/bagan, dan jaring dorong. Di antara alat-alat tangkap itu jaring insang merupakan alat tangkap yang kurang baik untuk digunakan, karena dapat melukai atau mematikan ikan hasil tangkapan. Sebenarnya alat-alat tangkap tersebut bukan alat khusus untuk menangkap ikan kerapu, hanya biasanya ikan kerapu tertangkap pada alat tersebut. Beberapa bentuk dan cara mengoperasikan alat tangkap yang biasa digunakan untuk menangkap ikan kerapu hidup, yaitu sebagai berikut.

1.     Pancing
Seperti kita ketahui, pancing sudah umum digunakan orang untuk menangkap ikan, baik yang berukuran kecil maupun besar. Berbagai macam bentuk pancing dijual di toko, dari yang paling murah sampai yang termahal, tetapi pancing untuk menangkap ikan kerapu masih merupakan pancing yang sederhana. Para nelayan yang menggunakan pancing untuk menangkap ikan kerapu, biasanya hanya menggunakan, tali pancing, dan pemberat secukupnya saja dengan  sarana untuk memancingnya digunakan perahu.
Beberapa nelayan umumnya berkelompok dan menggunakan perahu motor jika mereka memancing. Jika memancing di suatu daerah perairan yang banyak terdapat batu karangnya, nelayan-nelayan itu akan memperoleh hasil tangkapan kerapu karang, seperti kerapu macan dan sunuk. Ikan di perairan yang banyak terumbu karangnya banyak jenisnya, tetapi populasinya sedikit. Ikan yang relatif lebih besar umumnya hidup di daerah perairan yang dalam. Ikan kerapu suka sekali bersembunyi di lubang-lubang atau menempelkan dirinya pada batu karang, kecuali kerapu sunuk yang lebih suka bergerak aktif. Di suatu perairan yang terdapat bekas kapal tenggelam bisanya digunakan oleh ikan-ikan untuk tempat berlindung. Para pemancing ikan seringkali menggunakannya sebagai daerah penangkapan ikan [fishing ground]. Ikan kerapu lumpur biasanya ditangkap di daerah perairan yang banyak mengandung lumpur. Bekas-bekas bagan [jaring angkat] dengan bambu-bambu yang menancap di dasar biasanya sebagai tempat bersembunyi ikan kerapu lumpur dan ini dijadikan sebagai tempat memancing oleh para nelayan.
Untuk memancing ikan kerapu biasanya nelayan mempergunakan umpan udang, teri, dan ikan kecil lainnya. Beberapa pemancing menggunakan umpan hidup agar mendapatkan kerapu yang berukuran lebih besar.

2.     Jaring Angkat
Jaring angkat ada beberapa macam, tetapi yang sering digunakan untuk menangkap ikan kerapu adalah jaring angkat yang disebut bagan. Ada 3 bentuk bagan, yaitu bagan perahu [bagan yang dipasang di atas 2 perahu], bagan raakit [bagan yang dibangun di atas 2 buaah rakit], dan bagan tancap [bagan yang menetaap di suatu perairan]. Pada prinsipnya pengoperasian ketiga bentuk bagan adalaah sama. Berikut yang akan dijelaskan adalah bagan tancap, karena bagan jenis inilah yang paling banyak digunakan sekarang ini.











Salah satu bentuk bagan yang disebut bagan tancap


Bagan tancap terbuat dari jaring kantong dengan mulut bujur sangkar berukuran sekitar 6 X 6 m yang diikatkan pada kerangka dari bambu dan tinggi kantong jaring sekitar 2-3 m. Pada setiap sudut kerangka diberi pemberat dari batu dan diikat dengan tali yang dihubungkan pada kerekan. Kerekan dan jaring tersebut digantungkan pada bambu yang berukuran besar dan ditancapkan pada perairan. Untuk bagan yang dangkal, dapat digunakan sebuah bambu tancap. Sedangkan untuk bagan dalam, biasa digunakan dua buah bambu yang disambung.
Bagan dijalankan oleh satu orang pekerja pada malam hari dengan mamakai 2-3 petromak. Petromak ini sebagai sumber penerangan yang digantungkan di atas mulut jaring. Setelah lampu digantungkan, kemudian jaring itu ditenggelamkan hingga ke dasar perairan. Dengan adanya sinar dari lampu petromak, ikan-ikan kecil dan jenis hewan-hewan air lainnya akan berkumpul, karena mereka tertarik dengan cahaya yang dipancarkan lampu. Dengan adanya ikan-ikan kecil itu, menyebabkan predator-predator, termasuk ikan kerapu ikut tertarik bergerak menuju ke arah bagan. Setelah terlihat banyak ikan di bawah permukaan perairan, kemudian jaring tersebut baru diangkat dengan cara memutar kerekan sehingga tali penggantung jaring tergulung pada bambu.

3.     Sero
Alat tangkap ikan kerapu yang biasanya dioperasikan di daerah perairan pasang surut adalah sero. Alat ini terdiri atas pagar-pagar yang terbuat dari bambu dengan bentuk yang bermacam-macam. Pada waktu permukaan laut pasang, alat ini akan terendam dalam air dan ikan-ikan akan dituntun masuk ke dalam perangkap. Kemudian pada waktu permukaan laut surut ikan hasil tangkapan dapat diambil.

4.     Bubu
Tipe bubu tidak hanya satu melainkan beraneka ragam. Akan tetapi, yang sering dipakai untuk menangkap ikan dasar, seperti ikan kerapu terbuat dari anyaman dari bambu atau kawat. Pada setiap sudut alas bubu diberi pemberat agar dapat ditempatkan pada posisi yang tepat. Pada saat digunakan, bubu diikat dengan tali yang panjangnya paling sedikit sedalam perairan, ujung tali diikat dengan pelampung sebagai tandanya. Kadang-kadang di dalam bubu dipasang umpan yang berasal dari daging ikan. Pemasangan di perairan dalam akan diperoleh ikan-ikan yang ukurannya besar-besar dibandingkn dengan pemasangan di perairan yang dangkal, sehingga ukuran bubu yang dipasang pun harus lebih besar.











Bubu terbuat dari bambu [kiri] dan dari anyaman kawat [kanan]

Pemasangan bubu dapat mencapai 2 - 4 hari, meskipun kadang-kadang nelayan membiarkannya saampai 1 minggu lamanya. Salah satu yang menjadi kendala pada saat bubu dipasang adalah hanyutnya bubu tebawa arus atau talinya putus oleh perahu-perahu yang lewat. Agar keselamatan nelayan terjmin, seringkali mereka menggunakan pelampung, tetapi tetapi ujung tali bubu diikat dengan pemberat dan ditenggelamkan ke dalam perairan. Pengambilan tali bubu dibantu dengan jangkar sampai bubu itu terangkat.
5.     Jaring Kantong
Jaring kantong atau yang sejenis merupakan alat tangkap yang dibuat dari jaring jaring berbagai ukuran mesh. Alat ini secara umum terdiri dari 3 bagian, antara lain kantong, badan, dan kaki atau sayap. Prinsip dasar pengoperasiannya yaitu dengan menyeret alat tersebut di perairan pantai dan mengurung atau menyapu dasar perairan pantai yang diduga terdapat sekumpulan ikan. Pada umumnya alat ini dioperasikan dengan menggunakan perahu.










Penarikan jaring kantong yang dilakukan setelah perahu berada tetap di posisinya

Cara mengoperasikan yang lebih rinci lagi, yaitu dengan menurunkan jaring yang dimulai dari bagian umpal dan pelampung, dilanjutkan kaki jaring kantong, dan kaki kanan, kemudian pelampung.
Biasanya sasaran penangkapan yang utama adalah udang, tetapi apabila penangkapannya di lakukan di daerah perairan yang banyak ditumbuhi tanaman laut Enhallus sp, dapat diperoleh jenis-jenis yang lainnya, seperti diantaranya kerapu, kakap, dan beronang.

6.     Jaring Dorong / Sodo
Sodo yang biasa disebut sudu merupakan jaring dorong [push net] yang terbuat dari jaring kantong berbentuk kerucut dengan bagian mulut berbingkai segi tiga sama kaki. Umumnya yang dipakai adalah sodo bias [commonly push net]. Penamaan sodo untuk setiap daerah berbeda-beda, tetapi tipe atau bentuknya tidak jauh berbeda. Orang madura menamakannya sonder atau tangkai, di Sulawesi Selatan disebut sodu / dari, di Kendari dan Samarinda julu, di Kalimantan sesodok atau sodo atau sungkur, dan di Ambon disebut ronggo atau tanggp loor.
Alat sodo dapat dibuat dengan mudah dari bahan-bahan yang sederhana. Salah satu tipe sodo yang dibuat dari bambu berdiameter kecil [3-4] cm] sebagai bingkainya. potongan serabut kelapa untuk alas sepatu, dan waring karuna sebagai jaringnya.











Pemasangan jaring pada bingkai sodo















Mengoperasikan sodo dengan cara mendorong hingga ada ikan yang tertangkap

Langkah-langkah pengoperasian sodo yaitu langkah pertama, jaring di pasang pada bingkanya. Setelah siap, kemudian dibawa ke laut dan dioperasikan. Tangkai sodo dipegang sedangkan bagian dasar yang bersepatu ditenggelamkan ke dalm air hingga menempel ke dasar perairan, kemudian didorong sampai mencapai jarak beberapa mete, lalu diangkat. Jarak dorongan ini bergantung pada hasil tangkapan. Apabila hasil tangkapan dalam kantong jaring terasa banyak, jaring diangkat. Kemudian, tali ikatan pada ujung kantong dibuka sedangkan hasilnya dimasukkan ke dalam karamba penampung yang telah diikat di pinggang yang mengoperasikannya.









Berbagai ukuran benih yang tertangkap dengan
menggunakan sodo
Dibandingkan alat tangkap yang lain, alat tangkap jaring dorong atau sodo lebih efektif untuk menangkap benih kerapu lumpur. Selain murah dan sederhana, alat tangkap sodo lebih praktis karena mengoperasikannya hanya dilakukan satu orang saja. Selain itu, ikan hasil tangkapan dalam keadaan hidup karena ada pergantian air di dalam karamba penampung, Kondisi ikan tidak luka sehingga angka kematian relatif sedikit, serta benih kerapu mudah diperoleh mengingat tempat hidupnya di bagian dasar perairan.
Kedalaman perairan untuk mengoperasikan sodo tergantung tinggi orang yang mengoperasikannya, biasanya setinggi perut atau maksimal setinggi dada. Sedangkan pada saat nelayan mulai turun ke laut pada waktu subuh sampai siang hari atau petang sampai subuh. Pengoperasian di malam hari biasanya akan diperoleh lebih banyak benih  ikan kerapu, tetapi tergantung keadaan pasang surut airnya. Untuk menangkap benih kerapu lumpur, yang perlu diperhatikan ialah bahwa benih banyak diperoleh di daerah  perairan padang lamun [banyak tetumbuhan laut, terutama dari jenis Enhallus sp., dasar berlumpur, dekat dengan muara sungai dengan kadar garam 32 - 34 ppt, sedangkan musim benih terjadi pada waktu musim hujan. berdasarkan hasil pengamatan di daerah sekitar Teluk Banten, pada waktu musim benih tiba, hasil yang diperoleh satu orang selama satu hari penangkapan adalah 100 - 500 ekor atau bahkan bisa lebih. Di samping jenis kerapu lumpur, terkadang benih kerapu karang juga tertangkap.

No comments:

Post a Comment