Saturday, 10 December 2016

Pengelolan Kepiting Hidup

Pengelolan Kepiting Hidup
Beruntunglah bahwa kepiting bakau mampu bertahan hidup dalam jangka waktu yang cukup lama pada kondisi tanpa air. Hal ini akan memudahkan kita dalam menangani kepiting tersebut setelah dipanen. Dengan demikian, kita dapat mempertahankan kesegaran kepiting tersebut. Tidak seperti hasil laut lainnya seperti ikan dan udang.
Sungguhpun demikian, kita harus melakukan suatu penanganan secara baik agar kondisi kesehatannya dapat dipertahankan, sehingga kepiting bakau sampai kepada konsumen dalam keadaan segar.
Perlu diketahui bahwa sampai saat ini ekspor kepiting masih dilakukan dalam bentuk kepiting segar atau hidup. Untuk itu,  penanganan kepiting selama proses tataniaga perlu mendapat perhatian.
Kepiting bakau memiliki sepasang capit, tiga pasang kaki jalan dan sepasang kaki renang. Semua itu merupakan suatu alat gerak  yang cukup kuat sehingga kepiting dapat berenang dengan cepat di dalam air dan dapat berjalan dengan cepat di daratan. Hal ini merupakan kendala dalam penaganan kepiting setelah ditangkap.
Jika kepiting bakau disimpan dalam jumlah yang banyak pada suatu wadah tanpa perlakuan khusus, hal ini dapat menyebabkan terjadinya banyak pergerakan.  Bahkan, mereka akan saling mencapit antara satu dengan yang lainnya.
Akibatnya, perkelahian terjadi. Kepiting yang kuat akan bertahan hidup, sementara yang lemah akan mengalami kematian. Ini merupakan suatu kerugian bagi kita karena kepiting tersebut akan sukar untuk dipasarkan.
Untuk mengatasi peristiwa tersebut, kepiting harus diberikan perlakuan khusus. Setelah penangkapan, kaki dan capit kepiting seharusnya diikat.
Ada beberapa cara pengikatan kepiting yang berhasil dilakukan tanpa merusak kondisinya, yaitu:
(1)     pengikatan keseluruhan kaki jalan dan capit,
(2)    pengikatan capit dengan satu tali, dan 
(3)    pengikatan masing-msing capit dengan tali yang terpisah.

Bahan yang digunakan untuk mengikat kepiting dapat digunakan tali rafiah. Jika terlalu tebal, tali tersebut dapat dibelah menjadi dua atau tiga bagian. Di alam, para petani juga sering mengikat kepiting dengan serat tumbuhan. Bahan itupun cukup berhasil untuk membuat kepiting tidak bergerak.
Pada pengikatan cara pertama sangat baik dilakukan. Hal ini karena kepiting tidak akan mampu sama sekali menggerakkan anggota tubuhnya. Dengan demikian, penanganan selanjutnya sangat mudah dilakukan.
Namun, pengikatan dengan cara kedua dan ketiga masih memungkinkan bagi  kepiting untuk berjalan. Pengikatan itu hanya mampu menghentikan aktivitas kepiting untuk mencapit.
Penanganan selanjutnya adalah berhubungan dengan suhu. Suhu udara yang tinggi dapat menimbulkan kekeringan pada kepiting sehingga menurunkan berat badannya. Sementara, dalam penjualan kepiting, harga ditentukan oleh berat badannya. Kekeringanpun akan menimbulkan kematian pada kepiting. Dengan demikian, kita akan mengalami kerugian.
Untuk memperanjang masa penyimpanan dan transportasi kepiting hidup, faktor suhu dan kelembapan perlu diperhatikan. Para petani tradisional, untuk menjaga kelembapan dan suhu, tidak lain adalah dengan pencelupan dan pemberian selimut yang basah pada tubuh kepiting tersebut. Mereka dapat menggunakan karung goni yang dibasahi.Pencelupan kepiting ke dalam air dilakukan setidaknya satu kali dalam sehari. Selain untuk menjaga kelembapan, pencelupan bermanfaat untuk membersihkan kepiting dari kotoran. Setelah itu, kepiting dapat ditumpuk kembali kedalam wadah yang berisi kain lembab. Dengan demikian, kepiting akan mampu bertahan hidup selama beberapa hari. Dengan cara ini pula, angka kematian  dapat diturunkan hingga 20%.
Namun, jika kita memiliki fasilitas pendingin, penyimpanan kepiting dapat dilakukan pada suhu 200C dengan kelembaban 95%. Pada kodisi ini kepiting dapat bertahan hidup sampai 6 hari.













Kepiting yang telah diikat dan ditata rapi siap dipasarkan.

No comments:

Post a Comment