Pengendalian Penyakit
Di tempat hidupnya yang alamiah, ikan dapat terserang berbaagai macam penyakit atau parasit. Demikian juga pada saat dibudidayakan, bahkan penyakit atau parasit tersebut dapat menyerang dalam jumlah yang lebih banyak dan dapat menyebabkan kematian pada ikan yang terserang. Oleh sebab itu, pencegahan penyakit dan penanggulangannya merupakan aspek budi daya yang harus diperhatikan dan amat penting.
Penyakit dapat didefinisikan sebagai gangguan suatu fungsi atau struktur dan alat tubuh atau sebagian dari alat tubuh. Penyakit dapat menyebabkan kematian, kekerdilan, periode pemeliharan lebih lama, tingginya konversi pakan, tingkat padat tebar yang lebih rendah, dan hilangnya atau menurunnya produksi.
Penyakit dapat disebabkan oleh satu atau berbagai macam penyebab. Sebagai contoh, penyakit yang disebabkan oleh satu faktor, tetapi kemudian diikuti oleh faktor yang lainnya. Apabila terjadi semacam ini, penyakit kedua memanfaatkan kondisi yang disebabkan oleh penyakit pertama.
Beberapa penyebab penyakit antara lain karena stres, organisme patogen seperti protozoa, bakteri dan virus. Perubahan lingkungan seperti blooming algae yang berkembang di dalam jumlah yang sangat banyak juga dapat menyebabkan penyakit. Di samping itu penyakit juga dapat disebabkan oleh faktor racun seperti dosis obat yang terlalu tinggi, atau karena kekurangan nutrisi. Penyebab yang berbeda akan menyebabkan pula perbedaan pada tanda-tanda luar tubuh ikan yang sakit, misalnya kematian secara mendadak, perubahan tingkah laku diluar normal, tidak mau makan atau terkelupasnya sisik ikan.
1. Stres
Pada kebanyakan ikan yang baru ditangkap dan dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain akan mengalami stres. Demikian pula ikan yang baru ditransportasikan lalu ditebarkan juga akan mengalami stres. Stres ini dapat mengakibatkan ikan menjadi shock, tidak mau makan, berubah menjadi kanibalisme, dan meningkatkan kepekaan terhadap penyakit. Hubungan antara ikan dan stres serta parasit dapat dilgambarkan seperti bagan berikut ini.
Bagan. Hubungan antara ikan sebagi inang, parasit dan lingkungannya
Agar benih ikan kerapu tidak terlalu mengalami stress, pada saat penebaran perlu dilakukan secara hati-hati. Benih ikan-ikan kerapu baru jangan dicampurkan dengan ikan-ikan kerapu yang lama. Agar terjadi penyesuaian berbagai faktor fisik perairan [aklimatisasi], tindakannya harus dilakukan dengan cara mengubah sedikit demi sedikit kondisinya sehingga menyerupai kondisi lingkungan yang baru. Contohnya yaitu, benih-benih yang baru saja mengalami transportasi dan dikemas di dalam kantong plastik, jangan langsung ditebarkan. Tetapi perlu dilakukan penyesuaian suhu terlebih dahulu secara bertahap. Hal ini dapat dilakukan dengan cara benih ikan kerapu yang masih di dalam kemasan kantong plastik, sebelum kantong dibuka, harus dimasukkan dahulu ke dalam suatu kondisi yang sesuai dengan kondisi nantinya, dengan demikian suhu di dalam ruangan kantong plastik secara bertahap akan sama dengan suhu di luar kantong plastik.
2. Penyakit yang disebabkan Organisme dan Mikroorganisme
Oorganisme yang biasanya dapat menimbulkan penyakit pada ikan kerapu, yaitu dari golongan Crustacae dan cacing. Sedangkan mikroorganismenya dari golongaan, protozoa, jamur, bakteri, dan virus. Dari yang disebutkan itu, ikan kerapu yang dibudidayakan seringkali diserang penyakit yang ditimbulkan oleh Nerocila sp, Cacing, Protozoa, dan bakteri. Berikut akan diulas masing-masing organisme tersebut.
a. Nerocila sp
Nerocila sp termasuk golongan crustaceaa [hewan beruas-ruas] dan bersifat vivipar, artinya telur-telur hewan ini diinkubasikan di bagian sisi bawah perutnya, setelah menetas, baru dilepaskan agar dapat berenang bebas dan menyerang ikan lain. Hewan ini merupakan parasit yang menyerang ikan dengan bobot tubuh sekitar 50 gram. Ukuran tubuh Nerocila yang dewasa yaitu sekitr 2 - 3 cm dan mudah dilihat dengan mata telanjang. Biasanya Nerocila menyerang bagian insang ikan kerapu sehingga sistem pernapasannya terganggu. Namun demikian hewan ini dapat ditemukan juga di dalam rongga hidung ikan yang berukuran besar.
Nerocila sp yang menyerang insang ikan
Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan cara karamba dan ikan dimasukkan ke dalam bak, kemudiaan karamba tersebut dilakukan penyemprotan dengan menggunakan larutan formalin 1 %. sedangkan ikan-ikan yang ada di dalam bak direndam dalam formalin 200 ppm selma beberapa menit sampai Nerocila rontok dengan sendirinya dan dapat dibuang.
b. Cacing
Jenis cacing yang biasanya bersifat parasit pada ikan kerapu budi daya yaitu Diplectanum. Cacing ini berukuran 0,5 - 1,9 mm dan memiliki ciri yang khusus, pada ujung depannya terdapat 2 pasang mata. Caacing ini seringkali menyerang insang ikan sehingga warna insang menjadi lebih pucat dan terlihat berlendir. Penyerangan penyakit ini sering diikuti dengan penyakit lainnya, seperti vibriosis, yaitu penyakit yang disebabkan oleh serangan bakteri vibrio.
Untuk melalukan penanggulangannya, ikan yng terserang parasit Diplectanum adalah sebagai berikut.
* Ikan-ikan yang sudah positif terserang, direndam di dalam larutan formalin dengan dosis 200 ppm selama 0,5 - 1 jam dan perlakuan ini dapat diulang sampai 3 hari.
* Ikan kerapu yang terserang direndam di dalam air tawar selama 1 jam atau di dalam air yang mengandung actiflavin 100 ppm selama 1 menit atau 10 ppm selama 1 jam.
Diplectanum sp, sejenis cacing penyebab penyakit yang sering menyerang ikan kerapu
c. Protozoa
Kelompok organisme penyebab penyakit paling penting pada ikan kerapu adalah protozoa. Dikatakan demikian, karena protoza dapat bersifat patogen terhadap ikan budi daya yang diserangnya. Protozoa ini merupakan hewan bersel satu dengan ukuran antara 10 - 500 mm, dan hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop. Jenis protozoa yang seringkali menyerang ikan kerapu, yaitu Cryptocayon sp. Penyakit yang disebabkan oleh protozoa dari jenis ini disebut Cryptocaryoniosis atau nama umumnya adalah penyakit bintik putih [White spot]. Penyerangan protozoa ini biasanya terhadap bagian kulit daan insang ikan. Gejala-gejala yang diperlihatkan oleh ikan yang terserang penyakit ini, yaitu hilangnya nafsu makan, lesu, mata menjadi buta, sisik terkelupas, atau terjadinya pendarahan, dan kerusakan pada sirip serta insang mengalami kerusakan dan terlihat banyak mengandung lendir yang menempel. Setelah gejala ini terjadi, biasanya dilanjutkan dengan serangan sekunder oleh bakteri.
Protozoa Crptocaryon yang belum dewasa dinamakan tingkat trophon. Pada tingkat trophon protoza ini berbentuk bulaat dengan ukuran diameter sekitar 0,3 mm. Kekhasan dari protozoa jenis ini, yaitu dapat membentuk kista. Kista merupakan fase akhir dari protozoa ini pada saat menginfeksi ikan. Di dalam daur hidupnya fase kista ini disebut pula tingkat tomon.
Ikan kerapu lumpur yang terkena serangan penyakit Cryptocaryoniosis
Penanggulangan penyakit yang disebabkan oleh protozoa ini ada beberpa cara, yaitu dengan cara merendam ikan di dalam air laut yang diberi formalin 200 ppm selama 0,5 - 1 jm, formalin 100 ppm + acrivlavin 10 ppm selama 1 jam, atau untuk ikan kerapu lumpur, di dalam air tawar selama 1 jam. Perendaman dapat dilakukan 2 - 3 kali.
Selain Cryptocarion sp, jenis protozoa lain yang sering menginfeksi ikan kerapu budi daya, yaitu dari jenis Thrichodina sp. Protozoa jenis ini berbentuk seperti piring yang memiliki bulu getar [cilia], berdiameter + 0,1 mm. Penyerangan penyakit ini juga terhadap insaang dan kulit ikan dengan gejala dan penanggulangan yang hampir sama dengan yang disebabkan oleh Cryptocaryon, tetapi luka yang ditimbulkannya cenderung lebih melebar dan pada kulitnya terjadi kerusakan.
d. Bakteri
Bakteri termasuk golongan mikroorganisme. Ukurannya lebih kurang seperduapuluh dari ukuran protozoa atau sel ikan. Dengan demikian hanya dapat dilihat dengan bantuan mikroskop dengan pembesaran kuat [1000 X]. Terdapat 3 golongan bakteri yaang biasanya sering menyebabkan penyakit pada ikan laut, yaitu bakteri perusak sirip [bacterial fin rot], bakteri vibrio, dan bakteri Streptococcus.
1) Bakteri Perusak Sirip [bacterial fin rot]
Ikan yang terserang penyakit ini memperlihatkan kerusakan pada sirip-sirip ekornya, sehingga biasanya hanya tersisa bagian pedunclenya [bagian dekat pangkal ekor]. Ikan yang terserang penyakit ini biasanya juga terserang oleh bakteri Myxobacter, vibrio, Pseudomonas, dan bakteri Coccus gram negatif. Penyerangan oleh bakteri jenis ini biasanya terjadi pada waktu proses panen dilakukan [pasca panen]. Penyerangan nya diawali dengan ikan-ikan yang saling menggigit dan lukanya kemudian terinfeksi oleh bakteri itu.
Untuk mengobati ikan-ikan yang terserang dapat menggunakn berbgai jenis antibiotik yang banyak dijual di pasaran. antibiotik tersebut antara lain nitrofurazone 15 ppm atau sulphonamid 50 ppm selama paling sedikit 4 jam, neomycin sulphate 50 ppm selama 2 jam, Chloramphenicol 50 ppm selama 2 ja, dan acriflavin 100 ppm selama 1 menit.
2) Bakteri Vibrio sp
Bakteri ini termasuk bakteri gram negatif yang berbentuk batang dan dapat menyebabkan penyakit vibriosis. Dua jenis bakteri vibrio yang biasanya menyerang ikan kerapu, yaitu Vibrio alginolyticus dan V. parahaemolyticus. Ikan yang terserang bakteri ini memperlihatkan warna kulit tubuh yang gelap. Penyakit ini dapat ditanggulangi dengan memberi oxytetravyvlin sebanyak 0,5 gram per kg pakan selama 7 hari tau chloramphenicol 0,2 graam per kg pakan selama 4 hari berturut-turut [untuk ikan yang masih memiliki nafsu makan] atau dengan melakukan perendaman nitrofurazone 15 ppm selama minimal 4 jam [dilakukan apabila ikan tidak mau makan].
3) Bakteri Streptococcus
Penyakit yang disebabkan oleh bakteri ini disebut Streptococcosis dengan gejala-gejala ikan memperlihatkan kelelahan, berenangnya tidak teratur, dan terjadi pendarahan pada mata. Bakteri Streptococcus taahan terhadap beberapa jenis antibiotik yang biasa digunakan untuk mengobati. Untuk mengobati penyakit ini dianjurkan menggunakan ampixillin 0,5 gram per kg pakan selama 5 hari atau erythromycin estolat 1 gram per kg pakan selama 5 hari. Apabila masih tidak mau makan juga, dapat diberikan melalui suntikkan dengan menggunakan penicillin 3.000 unit per kg ikan.
No comments:
Post a Comment