Tuesday 18 October 2016

SYARAT LOKASI DAN TEMPAT PEMELIHARAAN CACING TANAH


Agar pembudidayaan berjalan dengan lancar, terlebih dahulu kita harus mempersiapkan lokasi untuk membudidayakan cacing. Adapun lokasi tersebut dapat di sembarang tempat asalkan tidak langsung terkena curahan air hujan, tidak terkena sinar matahari langsung, dan mudah terjangkau.

1.     Wadah Pemeliharaan
Berdasarkan pengalaman, peletakan wadah tempat budidaya bervariasi antara satu peternak dengan peternak lainnya. Cara-cara tersebut adalah sebagai berikut.

a.     Bak semen
Ada beberapa petani yang meletakkan tempat pemeliharaan di bak semen. Mereka membuat bak tersebut dengan menggali tanah berbentuk segi empat. Kemudian, sisi-sisi bak tersebut disemen agar cacing tidak kabur ke mana-mana.  Ke dalam lubang itu dimasukkan media untuk memelihara cacing. Model pemeliharaan ini memerlukan lahan relatip luas dan tidak bisa dilakukan di sembarang tempat.












Gambar Bak semen di dalam tanah

b.     Kotak pemeliharaan yang disusun di rak












Gambar Kotak-kotak yang diletakkan di rak

Pemeliharaan cacing tanah dalam kotak yang disusun pada rak bertingkat adalah cara yang sangat praktis dan hemat tempat. Selain menghemat tempat, pemeliharaan dalam kotak yang diletakkan di rak-rak mudah dipantau. Kemudian, pemanenannyapun mudah dilakukan.
Untuk memelihara cacing berbagai wadah dapat digunakan. Tempat pemeliharaan beragam: kotak kayu, besek,  dan wadah plastik.

1)     Kotak kayu
Kotak kayu dapat dibuat sendiri atau dapat pula memanfaatkan peti kemasan buah. Peti kayu bekas kemasan buah atau sayuran yang sering dijumpai di pasarpun bisa dipakai. Peti dibuka bagian atasnya, kemudian diberi alas karung goni. Alas ini tidak hanya menutupi dasar, tetapi juga keempat sisinya. Tidak ada standar untuk ukuran kotak. Yang penting kotak itu tidak mengandung bahan beracun, murah, mudah diperoleh,  dan kapasitas tampungnya memadai. Sebagai acuan, kotak 90 cm x 90 cm x 30 cm x 15 cm menampung 250 gram bibit.












Gambar Kotak kayu bekas buah
2)     Besek
Besek adalah sebuah wadah yang terbuat dari anyaman bambu. Biasanya, besek digunakan untuk mengemas makanan. Besek dapat digunakan mengingat wadah tersebut memenuhi syarat untuk digunakan.








Gambar Besek

3)     wadah plastik
Wadah plastik juga baik digunakan sebagai wadah untuk membudidayakan cacing tanah. Selain memenuhi syarat, wadah plastik bisa kita dapatkan dengan  berbagai ukuran. Bahkan, wadah plastik tahan lama. Banyak peternak cacing yang menggunakan wadah ini.









Gambar Wadah plastik

2.     Syarat Media tempat hidup cacing
Di alam, cacing hidup di tanah. Selain tempat hidup tanah tersebut juga merupakan pakan cacing. Namun, dalam membudidayakan cacing, media yang diberikan semakin baik semakin pesat pertumbuhan dan perkembangbiakannya.
Dalam membudidayakan cacing tanah, jenis media sebagai tempat hidup sekaligus pakan cacing tergantung bahan yang tersedia. Contoh media cacing itu adalah sebagai berikut.
Serbuk gergaji, sampah organik, daun-daunan, dan rumput, serutan kayu, sekam, dedak padi, eceng gondok, ampas singkong, buah-buahan busuk, sisa-sisa sayuran, daun pisang kering adalah beberapa contoh bahan media untuk beternak cacing.
Media yang dipakai dapat pula berasal dari kompos hasil pertanian. Terbuka pula kemungkinan mencampur kompos dengan pupuk kandang dengan perbandingan 70% : 30% untuk produksi kokon: perbandingan 50% : 50% untuk pembesaran. Jarang sekali peternak yang memelihara cacing dengan media 100% kompos atau 100% pupuk kandang. Umumnya, mereka mencampur kedua jenis itu, mengomposkannya bersama-sama, dan langsung memakainnya setelah memenuhi syarat.
 Pada prinsipnya, media itu harus mengandung bahan organik tinggi. Selain itu, bahan tersebut harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut.

a.     Mampu menahan air
Media hidup cacing harus mampu menahan air. Ini sangat berguna saat pemeliharaan. Dengan demikian, saat memeliharanya kita tidak perlu sering menyiramnya. Kita tahu bahwa cacing sangat suka tinggal di tempat yang lembap. Jika tinggal di tempat yang kering, cacing tersebut akan mengeluarkan lendir dari kulitnya. Dengan demikian, tubuhnya akan selalu lembap.
Selain untuk mempertahankan kelembapan tubuhnya, kelembapan media sangat dibutuhkan agar cacing tanah dapat melakukan proses pernapasannya dengan baik.

b.     Tidak beracun
Media yang digunakan untuk setiap pengembangbiakan makhluk hidup tentunya diharapkan tidak beracun. Gejala media yang beracun pada pembudidayaan cacing tanah terlihat apabila cacing tersebut resah, yaitu, mereka bergelinjang-gelinjang berlomba-lomba untuk keluar dari media itu.
Salah satu contoh penyebab terjadinya tercemarnya racun pada media adalah dari penyiraman air. Mungkin saja air tersebut mengandung sabun. Air sabun merupakan racun bagi cacing tanah.

c.     Mudah terurai
Cacing memang pemakan bahan organik, tetapi mereka tidak akan menyantap makanan yang masih keras atau yang terlalu besar ukurannya. Mereka hanya mengkonsumsi pakan yang sudah lunak melalui proses pembusukan alami.  Dengan persyaratan itu, media atau pakan untuk cacing perlu diberi perlakuan sebelum dipakai.
Untuk media dari kotoran ternak, simpan kotoran tersebut selama 2 hingga 3 minggu di tong tertutup. Segala macam kotoran ternak bisa dipakai, kecuali kotoran anjing, kucing, dan kuda. Para peternak di sini banyak memakai kotoran kuda lantaran memiliki efek bagus bagi cacing. Namun, di luar negeri, kotoran kuda dihindari sebab ia mungkin saja mengandung cacing lain atau antibiotik yang berbahaya bagi cacing. Kotoran ketiga hewan itu bisa saja mengandung bakteri staphylococcus dan steptococcus.
Perlakuan lebih rumit  diperlukan bila bahan baku media sayuran atau sisa-sisa hasil pertanian. Ukuran bahan harus kecil. Karena itu, sayuran bersosok besar perlu dicacah. Sisa-sisa hasil pertanian mungkin saja tercemar residu pestisida. Supaya aman, sebaiknya bahan-bahan tersebut dicuci di air mengalir dahulu sebelum dicacah dan dicampur dengan yang lain. Pencucian sekaligus menaikkan kelembapan mikro. Kelembapan ini dibutuhkan dalam proses dekomposisi menjadi bahan yang mudah disantap cacing.
Setelah seluruh bahan terkumpul, dicacah, dan dicuci, campur dan tumpukkan di suatu tempat. Tinggi tumpukan 1 meter. Tutup bagian atas dengan karung basah, tetapi biarkan keempat sisi terbuka. Seandainya tidak mencapai 1 meter, sebaikya masukkan saja bahan ke karung. Pilih bahan yang masing memungkinkan udara keluar masuk, misalnya karung goni atau karung plastik. Dekomposisi berlangusng selama 2 minggu. Selama itu,yang perlu dilakukan  ialah membalik- balik tumpukan sehingga, proses pematangan lebih cepat.

d.     Mengandung Oksigen
Cacing termasuk hewan yang membutuhkan oksigen cukup untuk kehidupannya. Kulit tubuh menjadi tempat masuknya oksigen dan keluarnya karbonmonoksida.

e.     Suhu media
Mereka aktif sekali pada suhu ruangan, sekitar 220C hingga 28 0C. Suhu yang terlalu tinggi dapat menimbulkan kekeringan, sehingga dapat mengganggu aktivitas dan pertumbuhan cacing. Bahkan, kemungkinan cacing akan mati.

f.     Keasaman
Keasaman adalah banyaknya ion hidrogen dalam media. Kadar ion hidrogen yang terlalu tinggi dapat menyebabkan media menjadi asam.Sebaliknya, jika konsentrasi hidrogen terlalu rendah, media akan menjadi basa.
Setelah terurai, bahan siap dipakai untuk memelihara cacing. Keasaman bahan ideal untuk media cacing, antara lain: pH 6,5 hingga 7,5. Dengan kondisi ini, bakteri dalam tubuh cacing dapat bekerja dengan baik dalam melakukan proses pembusukan.

g.     Kelembapan
Kelembapan/Kadar air yang disarankan untuk media hidup cacing berkisar antara 40% - 60%. Jika kadar air, terlalu tinggi, hal ini akan menimbulkan bau yang tidak sedap.

No comments:

Post a Comment