Thursday 18 August 2016

budidaya belut

BUDIDAYA BELUT

Pembudidayaan belut mula-mula diteliti di Cina sebelum perang
Dunia II, dan di Taiwan sesudah perang. Kini budidaya belut telah mulai di lakukan di Indonesia. Budidaya belut tidaklah sulit. Dengan sedikit pengetahuan, semua orang pasti dapat langung mempraktekkannya. Selain itu budidaya belut tidak butuh banyak biaya, tempat luas, serta perhatian intensif, karena belut dari alam tidak rewel.  Bila akan menternakan tempat pemeliharaan tinggal disesuaikan dengan keadaan alam asalnya. Sebenarnya semua tempat dapat digunakan untuk pemeliharaan. Namun saat ini ada  dua jenis  cara beternak belut, yaitu beternak belut di kolam dan di dalam bak pelester semen.
Pada dasarnya berternak belut terdiri dari dua langkah pemeliharaan. Yaitu langkah pertama adalah pembenihan dan langkah kedua adalah pembesaran.

A. Pembenihan
Belut dapat dibenihkan sendiri dengan cara yang mudah dan murah.  Yang harus dilakukan pertama kali adalah memilih induk jantan dan betina yang baik. Cara membedakan induk jantan dan betina dapat dilihat ari ciri-ciri belut jantan dan betina.
Pembenihan perlu memperhatikan musim kawin belut, karena  perkawinan belut hanya terjadi sekali dalam satu tahun. Perkawinannya terjadi pada musim hujan. Dan pemijahannya terjadi pada malam hari  dengan temperatur air berkisar antara 28 – 31 derajat celcius.
Banyaknya belut yang dimasukan ke dalam kolam pemijahan berukuran 1 meter persegi adalah satu ekor belut jantan dan dua ekor belut betina.  Setelah induk belut dimasukan ke dalam kolam pembibitan, kolam perlu diperiksa setiap hari. Perhatikan permukaan air, jika sudah terbentuk gelembung-gelembung busa, itu tandanya belut  sudah membuat lubang perkawinan.
Gelembung–gelembung busa biasanya terjadi selama sepuluh hari. Setelah itu akan menghilang. Menghilangnya gelembung busa menandakan bahwa perkawinan belut sudah berakhir. Terjadinya gelembung busa juga menandakan bahwa pekawinan belut berhasil dilakukan, dan kita tinggal menunggu  menetasnya telur.
Setelah telur menetas, anak belut bisa ditangkap pada usia 5-8 hari. Benih ini kemudian  dimasukan  ke dalam kolam pembesaran benih, sedangkan induknya dipindahkan ke dalam kolam penampungan  bibit.

B. Penampungan Induk Belut
Induk belut betina harus dipisahkan dengan anak belut. Biasanya ditampung dalam kolam tersendiri. Konstruksi kolam untuk penampungan induk belut telah dibicarakan di atas. Dalam penampungan induk belut tiap 1 meter persegi hanya dapat disimpan 6 ekor induk saja. Jadi banyaknya induk belut yang dismpan dalam kolam penampungan harus disesuaikan dengan besarnya kolam penampungan.  Penyimpanan induk belut hanya dilakukan untuk induk betina saja, karena induk jantan pada umumnya sudah tidak produktif lagi. Diharapkan induk betina yang disimpan, akan menjadi  induk jantan di masa  perkawinan yang akan datang.
C. Pembesaran Bibit Belut (Pendederan)
Pada dasarnya, pembesaran bibit belut terdiri dari dua bagian, yaitu pembesaran dan penjarangan.

1. Pembesaran
Anak-anak belut yang telah berumur 5-8 hari sebaiknya segera diambil dan dipisahkan pada kolam tersendiri. Konstrusi kolam untuk pendederan anak belut telah dibicarakan sebelumnya. Banyaknya benih belut yang dapat ditampung di kolam adalah 500 ekor setiap 1 meter persegi.
Belut yang dibesarkan di kolam pembesaran harus di angkat setiap 2 bulan sekali. Karena setiap dua bulan sekali, bahan organik yang ditumpuk di kolam harus diganti. Biasanya pada dua bulan pertama, anak belut yang dibesarkan dapat mencapai ukuran 5-8 sentimeter. Anak belut berukuran 5-8 sentimeter ini cocok untuk dijadikan benih bagi petani ikan yang tidak melakukan pembibitan. Jadi jika kita bermaksud menjual bibit belut, maka dua bulan pertama pembesaran dapat dipanen.
Namun jika kita bermaksud untuk memanen belut untuk ukuran konsumsi, maka anak belut harus tetap dipelihara lagi. Caranya adalah, kolam pembesaran diganti dahulu bahan-bahan organiknya.  Hal ini dilakukan sama pada saat membuat kolam pembesaran yang pertama, yaitu dengan  menumpuk sekam padi, dedak kasar, pupuk kandang, dan jerami.
Setelah hal itu dilakukan, belut dimasukan kembali ke dalam kolam, tetapi  banyaknya belut yang dimasukan dikurangi. Kalau pada pendederan pertama sebanyak 500 ekor tiap satu meter persegi, maka pada pembesaran  kedua sebanyak seratus  ekor tiap meter persegi.
Selama dua bulan ke dua, belut akan bertambah  panjang menjadi 15  sentimeter.  Belut dengan ukuran itu dapat dipanen dan dijual.
Namun, ada juga yang memerlukan belut dalam ukuran yang lebih besar. Belut ini dapat dipelihara kembali hingga berukuran 25-30 cm. Pada tahap ini, kembali dilakukan penjarangan. Adapun kepadatannya berkisar antara 25 ekor tiap meter persegi.















Gambar belut yang siap dipanen




















No comments:

Post a Comment