Friday 9 December 2016

Berbagai Cara Penanaman Bibit Rumput Laut

penanaman
Setelah diperoleh bibit rumput laut, kita tinggal menanam rumput tersebut. Namun,ada berbagai metoda dasar menanam rumput laut.  Secara umum dikenal tiga metoda penanaman rumput laut berdasarkan letak bibit terhadap dasar perairan, yaitu:

1.     Metoda Dasar
Metoda dasar adalah cara pembudidayaan rumput laut yang paling sederhana. Metoda dasar adalah metoda penanaman dengan cara penanaman dimana bibit ditebarkan di dasar perairan yang datar. Penanaman dengan metoda ini dilakukan 2 (dua) macam:

a.     Metode tebar
Metode tebar adalah penebaran bibit secara langsung  tanpa menggunakan apa-apa. Prosesnya adalah sebagai berikut.
a.     Potonglah bibit dengan ukuran sekitar 20-25 cm dengan berat 75-100 gram,
b.     Kemudian, sebarkanlah bibit tersebut pada dasar perairan.

Cara ini sangat sederhana. Kita tidak perlu mengeluarkan modal sedikitpun. Namun, cara ini hanya cocok dilakukan pada perairan dangkal yang airnya relatif diam. Kemudian, motoda ini  umumnya dilakukan di daerah yang perbedaan pasang surutnya kecil.








Gambar 3.3. Bibit ditanam di pasir

b.     Metode berkebun
Metode berkebun ialah metode yang sama dengan metode tebar, tetapi penebaran bibit dengan menggunakan pemberat. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut.
a.     Ikatlah Bibit setelah dipotong pada batu karang atau balok semen. Penggunaan batu karang dan balok semen adalah sebagai pemberat. Dengan demikian, jika ada arus air, rumput laut tidak terbawa hanyut.
b.     Kemudian, bibit rumput laut diatur berbaris di dasar pantai dengan jarak 20-25 cm di dasar perairan.














Gambar 3.4. Bibit rumput laut diikatkan dengan batu dan ditanam
di dasar laut

Biasanya, sistem ini digunakan untuk pembudidayaan rumput laut jenis Gracilaria dalam tambak ikan. Tambak ikan dipilih karena  tidak akan ada ombak.

2.     Metoda Lepas Dasar
Metoda lepas dasar adalah metoda penanaman dengan cara mengikat sekumpulan bibit (thallus) dengan tali rafia atau jaring. Lalu, ikatan thallus yang digantungkan pada tali rapia atau jaring itu direntangkan di dasar perairan dengan bantuan patok bambu atau kayu. Biasanya metoda ini dilakukan di perairan yang berkedalaman sekitar 30 cm. Kemudian, metoda ini juga cocok untuk diterapkan di daerah perairan pantai atau terumbu karang yang dangkal yang masih terdapat genangan air pada waktu surut terendah kira-kira 0,3-1,0 meter. Cara ini cocok sekali.
Supaya tonggak  dapat dipancangkan dengan mudah, dasar perairan diharapkan tidak terlalu keras. Pada pemasangan patok di dasar perairan perlu diperhitungkan naik turunnya air untuk menjaga agar tanaman tidak mengalami kekeringan pada saat air surut terendah.














Gambar 3.5. Cara mengikat rumput laut

Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam metoda ini di antaranya:
a.     Potongan bambu atau kayu dengan ukuran 1-1,5 m dengan salah satu ujungnya runcing digunakan sebagai pancang.
b.     Tali plastik/tali dari bahan nilon monofilamen, tali nilon no.2000, sebagai tempat mengikat bibit.
c.     Tali rafia untuk mengikat bibit.
d.     Apabila menggunakan jaring direntangkan dengan patok, maka ukuran jaring 2,5 x 4 m2 dengan lebar mata 25-30 cm.

Jarak tali atau jaring dengan dasar perairan kira-kira 25 cm. Jarak bibit dengan bibit lainnya kira-kira 25 cm. Bibit yang akan ditanam berukuran antara 100-150 gr, dalam satu petak direntangkan 10 monoline (tali plastik). Satu monoline terdapat 10 ikat , sehingga dalam satu petak terdapat 200 ikat atau kurang lebih 20 kg bibit.















Gambar 3.6. Sistem budidaya lepas dasar

Pada kesempatan ini akan dijabarkan mengenai budidaya rumput laut dengan metode lepas dasar. Hal ini karena metode lepas dasar lebih efektif bila dibandingkan dengan kedua metode lainnya.
Pada metoda lepas dasar ini masih dapat dikembangkan lagi menjadi sistem bertingkat untuk penanaman di lokasi yang agak dalam.





















Keterangan:
a =     bibit rumput laut
b =     tali rentang utama
c =     puncak tiang atau patok (sebaiknya setinggipermukaan air laut pada waktu surut)
d =    tali rentang cabang tempat mengikat bibit rumput laut
e =     dasar perairan


Gambar 3.7. Metode lepas dasar dua susun

Untuk memperlancar pekerjaan, sebaiknya penanaman awal dilakukan pada saat pasang surut yang terendah, agar dapat memperkirakan jarak pemasangan tali rentang dari dasar perairan. Penanaman ruput laut yang baik adalah dilakukan pada sore hari.
Beberapa persiapan dan urutan pekerjaan untuk penanamanan awal rumput laut dapat diuraikan sebagai berikut.

a.     Persiapan bahan
Bahan-bahan yang harus dipersiapkan dalam penanaman awal setelah penentuan lokasi adalah:
1)     Patok-patok
2)    Tali
    a) Tali rentang utama
    b) Tali rentang cabang
    c) Tali rapia
3)    Alat-alat bantu
    a) Palu
    b) Pisau atau gunting
    c) Gergaji

1)     Patok-patok
Patok adalah tempat mengikat tali, baik tali rentang utama maupun tali rentang cabang. Tali-tali tersebut nantinya akan dijadikan tempat menggantung rumput laut. Oleh karena itu, pemasangan patok di pantai harus kuat agar saat  rumput laut yang dipasang tumbuh pesat, patok tidak akan runtuh karena menanggung beban. Patok-patok yang akan dipergunakan untuk keperluan penanaman awal dapat dibuat dari kayu atau bambu yang banyak tersedia pada lokasi penanaman. Hal ini untuk menghindarkan adanya kenaikan harga bahan akibat biaya pengangkutan. Sebaiknya, patok terbuat dari bambu karena bambu tahan air.
Patok-patok yang akan dipergunakan dipotong-potong sepanjang 120 cm. Pada salah satu ujungnya diruncingi agar mudah ditancapkan di dasar perairan.
Dua pertiga dari patok tersebut (80 cm) akan ditancapkan ke dasar perairan, sedangkan sisanya (40 cm) akan berada di atas dasar perairan sebagai tempat mengikat tali-tali rentang.

2)    Tali-temali
Beberapa jenis tali yang harus disediakan adalah:
a)    Tali Rentang utama
Yang dimaksud dengan tali rentang utama adalah tali yang menghubungkan patok-patok secara berkeliling dari areal yang akan ditanami. Bahan tali rentang utama ini dibuat dari polyethylene dengan ukuran diameter 12 mm.























Gambar 3.8. Penunjukkan patok, tali rentang utama dan tali rentang tambahan

b)     Tali rentang cabang
Tali rentang cabang adalah tali yang menghubungkan tali rentang utama yang dipasang secara sejajar dan dalam jarak yang sama, sebagi tempat mengikat bibit rumput laut yang akan ditanam. Bahan tali rentang cabang ini juga dibuat dari polyethylene dengan ukuran 4-6 mm.
Tali rentang cabang ini dipotong-potong sepanjang lebar areal yang telah ditentukan, dengan diberi kelebihan beberapa cm untuk pengikatan pada tali rentang utama.
3)     Tali rapia
Tali rapia digunakan untuk keperluan pengikatan bibit rumput laut yang akan ditanam pada tali tentang cabang.
4)     Alat-alat bantu
Untuk keperluan menancapkan patok-patok, memotong tali temali, memotong patok-patok, perlu dipersiapkan peralatan, seperti: palu, pisau/gunting, gergaji, dan sebagainya.
5)     Bibit tanaman
Bibit tanaman yang akan ditanam hendaknya disediakan secukupnya saja. Jangan sampai kekurangan atau kelebihan bibit. Karena bila kekurangan bibit, akibatnya penanaman akan kurang sempurna,sedangkan bila kelebihan bibit berarti merupakan pemborosan yang semestinya harus dihindari. bibit yang dianggap unggul adalah bibit yang mempunyai ciri-ciri berwarna coklat kemerah-merahan, duri dan cabang-cabangnya banyak, segar, dan subur.
Bibit yang akan ditanam dipotong-potong kira-kira sepanjang 10-115 cm pada bagian ujung-ujungnya.
Persediaan bibit yang akan ditanam dapat diperhitungkan dengan cara mengalikan jumlah bibit setiap tali rentang cabang dengan banyaknya tali rentang cabang dan berat bibit pada setiap ikatan pada tali rentang cabang, dengan ditambah sedikit kelebihan (kira-kira 10 %) untuk persediaan penggantian bibit yang tidak dapat terpakai karena rusak atau sudah tidak segar lagi.

b.     Urutan pekerjaan
Bila misalnya akan ditanam rumput laut seluas 1,5 x 2 meter, urutan pekerjaan dapat dilakukan sebagai berikut.
 1)     tancapkan tiang-tiang atau patok yang telah dipersiapkan pada dasar perairan sesuai dengan ukuran area yang telah direncanankan. Jarak penacangan antara patok 50 cm. Penancapan patok kira-kira sedalam 80 cm, sehingga sisa patok yang berada di atas  dasar perairan tinggal 40 cm.









Gambar 3.9. Cara pemancangan patok

2)     Setelah seluruh patok terpancang dengan baik, kemudian ikatkan tali rentang utama pada setiap patok mengelilingi seluruh areal yang akan ditanami.











Gambar 3.10. Memasang tali utama

3)     Potonglah tali rentang cabang  sepanjang 2 meter. Ikatkan tali rapia sepanjang 15-20 cm pada tali rentang cabang dengan cara menusukkan tali rapia tersebut ke dalam lilitan tali rentang cabang.





Gambar 3.11. Cara mengikat tali rentang utama pada patok
Jarak antara pengikatan tali rapia pada tali rentang cabang 25 cm.











Gambar 3.12. Cara menusukkan tali rapia pada tali rentang cabang.

4)     Ambil  bibit yang telah tersedia kira-kira seberat 50 gram  dan ikat dengan tali rapia yang sudah terpasang pada tali rentang cabang. Pengikatan dilakukan dua kali, yaitu: pertama dengan ikatan setengah simpul mati, kemudian diulang dengan simpul balik.
    Hal ini dilakukan dengan tujuan agar bila terjadi penggantian bibit pada salah satu ikatan, dapat dikerjakan dengan mudah karena simpul-simpulnya mudah untuk diuraikan kembali.
    Pengikatan tidak boleh terlalu ketat untuk memberikan kesempatan pada bibit dalam pertumbuhannya. akan tetapi juga tidak boleh terlalu kendor, karena bibit bisa terlepas dibawa arus atau ombak.
5)     Setelah bibit terpasang semua pada tali rentang cabang, ikatkan tali rentang cabang tersebut pada tali rentan utama membujur ke arah lebar areal. Pengikatan biasanya menggunakan simpul timba seperti pada pengikatan patok dengan tali rentang utama. Akan tetapi, untuk menjaga adanya pergeseran ikatan, sebaiknya dilakukan pengikatan dengan cara anyaman atau menusukkan tali rentang cabang tersebut ke dalam lilitan tali rentang utama sebagaimana pengikatan bibit dengan tali rapia. Jarak ikatan antara tali rentang cabang 25 cm.









Gambar 3.13. Cara pengikatan bibit rumput laut pada tali rentang cabang.







Gambar 3.14. Cara pengikatan tali rentang cabang dengan simpul timba








Gambar 3.15. Cara pengikatan tali rentang cabang dengan anyaman.

6)     Teruskan pekerjaan tersebut hingga seluruh tali rentang cabang yang direncanakan terpasang pada tali rentang utama.










Gambar 3.16. Seluruh tali telah terpasang.

3.     Konstruksi
Konstruksi penanaman rumput laut seperti telah diuraikan di muka, dikenal dengan sebutuan cara penanaman rumput laut dengan sistem monoline. Karena tempat yang dipergunakan untuk mengikatkan bibit rumput laut tersebut  adalah sebuah tali (tali rentang cabang).
Tempat untuk mengikatkan bibit rumut laut tersebut  kecuali dengan tali sistem monoline juga dapat dipergunakan selembar jaring.
Penggunaan jaring dalam budidaya rumput laut cukup baik dilakuan. Penggunaan jaring memiliki kelebihan tersendiri. Hal ini karena adanya faktor-faktor sampingan yang ikut menunjang pertumbuhan rumput laut tersebut seperti.
a.     Rumput laut selama dalam pertumbuhan tertampung di atas jaring. Pada penanaman sistem monolite, bibit rumput laut selama masa pertumbuhannya bergantung pada tali rentang cabang, sehingga cabang-cabangnya menjulur ke bawah yang mudah diombang-ambingkan ombak atau arus yang kuat.
    Lain halnya dengan menggunakan jaring. Rumput laut diletakkan di atas jaring. Dengan demikian, akan kuat bila ada arus yang kecil.
b.    Selain itu, penyimpanan rumput laut dengan cara menggantung di bawah tali dapat mengalami risiko kerusakan akibat tersenggol oleh gerakan-gerakan ikan atau hewan-hewan laut lainnya yang bergerak di bawah areal tanaman. Hal ini akan mengakibatkan cabang-cabang rumput laut banyak yang rusak atau patah. Hal ini tidak akan dialami jika pembudidayaan menggunakan jaring karena rumput laut aman di atas jaring.
c.    Karena rumput laut semasa pertumbuhannya tertampung di atas jaring, sinar matahari dapat masuk lebih merata bila dibandingkan dengan pertumbuhan bibit yang menggantung pada tali rentang cabang. Dengan demikian, pertumbuhan tanaman dapat lebih sempurna.

Lalu, jika budidaya sistem lepas dasar menggunakan Bila penanaman dilakukan dengan jaring, pengikatan bibit dilakukan pada seitp simpul jaring. Ini berarti bahwa jarak pengikatan bibit akan terbatas pada besarnya mata jaring yang dibuat. Jaring dengan ukuran mata dan bahan yang sesuai dengan kebutuhan tersebut, harus dibuat sendiri, karena tidak ada di pasaran bebas yang memenuhi benar.
Dengan membuat jaring sendiri, ujuran mata jaring dapat diatur sesuai keperluan, demikian juga bahan yang dikehendaki.
Kesulitan yang dialami oleh para nelayan dan petani rumput laut pada umumnya adalah cara membuat jaring tersebut.
Pada umumnya, para nelayan membuat jaring untuk keperluan alat penangkapan ikan, yang konstruksinya berbeda dengan jaring untuk keperluan penanaman rumput laut. Konstruksi jaring yang dipergunakan untuk alat penangkap ikan adalah All Meshes dan All Points dalam tarikan rentang (strachted mesh) sedangkan konstruksi jaring untuk keperluan penanaman rumput laut  adalah sebagimana konstruksi jaring yang dipergunakan untuk keperluan olahraga, seperti: net bulutangkis, net volly, net tennis lapangan dan sebagainya. Konstruksi jaring yang demikian biasa disebut  dengan istilah All bars.
Lembaran jaring dengan konstruksi all meshes tersebut biladilakukan tarikan pada pinggir-pinggir jaring, seluruh mata jaring akan menutup rapat, baik penarikan ke arau panjang maupun penarikan penarikan ke arah lebar jaring.
Akan tetapi, untuk jaring dengan konstruksi all bars, bila diadakan penarikan pada sisi-sisi pinggirnya mata jaring akan terbuka sepenuhnya dengan bentuk bujur sangkar. Keadaan bukaan mata jaring yang demikian itulah yang diperlukan untuk penanaman rumput laut.
Hal ini bukan berarti bahwa lembaran jaring dengan konstruksi all meshes tidak dapt dipergunakan untuk penanaman rumput laut.  Akan tetapi bila terpaksa menggunakan jaring tersebut, akan mengalami beberapa kesulitan terutama pada waktu pengikatan sisi-sisi jaring dengan tali rentang utama, dan bagaimana mengusahakan agar mata jaring berbentuk bujur sangkar.















Gambar 3.17. Lembaran jaring dengan konstruksi all meshes






































Gambar 3.18. Perbedaan jaring dengan konstruksi all meshes dan jaring dengan konstruksi all bars pada saat diadakantarikan rentangan (strachted mesh).


3.     Metoda Apung
a.     Rakit Apung
Metoda rakit apung adalah cara pemeliharaan dari bambu atau bahan lain yang tersedia sebagai kerangka untuk merentangkan tali nilon. metode ini cocok untuk perairan dengan dasar perairan yang terdiri dari karang dan pergerakannya didominasi oleh ombak. Penanaman dilakukan menggunakan rakit-rakit dari bambu, sedangkan ukuran tiap rakit sangan bervariasi bergantung pada tersedianya material. Ukuran rakit dapat disesuaikan pula dengan kondisi perairan, tetapi pada prinsipnya ukuran rakit dibuat jangan terlalu besar, sehingga mudah untuk pengamanan rumput laut yang ditanam.
Untuk menahan agar rakit tidak hanyut terbawa arus,  dipergunakan tali penahan (rope line) dengan ukuran 9 mm, untuk menahan di dasar digunakan patok sebagai jangkar.
Untuk menghemat areal dan memudahkan pemeliharaan, beberapa rakit dapat dijadikan satu dan tiap rakit diberi jarak satu meter.
Bahan yang diperlukan dalam metoda ini adalah:
a.     Bambu untuk pembuatan rakit dengan ukuran 2,5 x 4 m.
b.     Nilon monofilamen (nilon No.2000), tempat mengikat bibit  (tali plastik)
c.     Tali rafia sebagai pengikat bibit pada tali nilon.
d.     Batu/jangkar/besi sebagai pemberat, agar rakit tidak hanyut dibawa arus.
Bibit diikatkan pada tali plastik atau pada masing-masing simpul jaring yang telah direntangkan pada rakit tersebut. Jumlah bibit yang diikatkan antara 100-150 gram. Pertumbuhan tanaman dengan metode apung ini umunya lebih baik daripada metode lepas dasar, karena cukupnya pergerakan ari dan intensitas cahaya yang diterima oleh tanaman.



























Gambar 3.19. Budidaya rumput laut metode rakit apung

Selain menjamin pertumbuhan yang lebih baik, keuntungan lain dari metode ini ialah tanaman aman dari gangguan bulu babi dan pemeliharaan tanaman mudah dilakukan. Namun, kerugian dari penerapan metode ini ialah:
1.     Biaya untuk pembuatan sarana budidaya relatif lebih mahal
2.     Karena tanaman terlalu dekat dengan permukaan air, pada waktu laut tidak berombak, tanaman sering muncul ke permukaan air. Bila hal ini berlangsung dalam waktu lama dapat menyebabkan cabang-cabang tanaman menjadi pucat karena kehilangan pigmen dan akhirnya akan mati.
Untuk memudahkan pemeliharaan, umumnya satu unit terdiri dari rakit berukuran 5 x 2,5 m2. Satu rakit terdiri dari 25 tali dan jarak antara  masing-masing tali 20 cm. Pada setiap tali dapat diikatkan sepuluh rumpun tanaman dan jarak antara rumpun yang satu dengan lainnya adalah 20 cm, sehingga dalam satu rakit terdiri dair 250 rumpun dengan berat rata-rata per rumpun 100 gram atau dibutuhkan sekitar 25 kg bibit.

b.     Metode Long line
Sesuai dengan namanya, metode ini dibuat dari tali panjang yang dibentangkan. Umumnya tali yang digunakan adalah tali PE 0,5-0,6 cm dengan panjang tali berkisar antara 50-100 m. Setiap 25 meter diberi pelampung utama (besar). Pelampung ini dapat terbuat dari drum plastik, stereo foarm. setiap 5 meter diberi pelampung pembantu yang berfungsi untuk menggerakan tanaman setiap saat. Pelampung ini dapat terbuat dari potongan stereofoam atau dari botol air mineral. Untuk metode ini penanaman dapat dilakukan secara horizontal maupun secara vertikal. Cara penanaman secara horizontal, yaitu pada tali panjang tersebut diikat rumput laut dengan jarak minimal 40 cm, dan antara jarak tersebut dapat digantung tali PE 0,3-0,4 cm yang telah diikat bibit rumput laut dan digantungkan secara vertikal. Jumlah bibit yang diikat dan digantungkan tersebut sebanyak 3 tingkat (hingga kedalaman 60 cm). Agar tanaman yang digantung tersebut tetap pada posisinya, pada bagian bawah diberi pemberat. Penanaman secara vertikal ini akan lebih baik dilakukan pada perairan yang lebih jernih (lebih cocok di Indonesia bagian tengah dan timur).

c.     Metoda jalur (kombinasi)
Metoda ini merupakan kombinasi antara metoda rakit dan metoda long line. Kerangka metode ini terbuat dari bambu yang disusun sejajar. Pada kedua ujung setiap bambu dihubungkan dengan tali PE 0,6 cm, sehingga membentuk persegi panjang dengan ujuran 5 x 7m berpetak. Satu unit metode ini terdiri dari 7-10 petak dan pada kedua ujung setiap unit diberi jangkar. Kegiatan penanaman diawali dengan mengikat bibit rumput laut ke tali jalur yang telah dilengkapi tali PE 0,1 cm. Setelah bibit diikat pada tali jalur, tali jalur tersebut dipasang pada kerangka yang telah tersedia dengan jarak tanam yang digunakan minimal 25cm x 30 cm.

No comments:

Post a Comment